Tuesday, May 04, 2010

Catatan Harian 5 Mei 2010

Hari ini adalah salah satu hari spesial bagi keluarga kami. Hari ini Bapak genap berusia 54 tahun. Dan empat tahun sudah berlalu semenjak Beliau mengutarakan sebuah permintaan yang tidak biasa kepada semua putranya, termasuk saya.

Hari ini genap empat tahun hutang saya yang masih belum terlunaskan.
...

Bapak dilahirkan di sebuah keluarga sederhana di Surabaya. Meskipun keluarga besar almarhum Kakek berisi banyak individu-individu berpendidikan tinggi, namun agaknya Kakek memilih jalan berbeda dalam mendidik putra-putrinya termasuk Bapak. Pensiun dengan pangkat Mayor (E) dari Angkatan Laut, seharusnya tidak sulit bagi Kakek untuk memberikan kesempatan bagi Bapak menikmati jenjang pendidikan tinggi, apalagi Beliau adalah anak sulung dan satu-satunya laki-laki dari empat bersaudara. Namun kenyataan berbicara lain. Bapak mengakhiri pendidikan formalnya hanya sampai SMA.

Namun, Bapak adalah sosok pembelajar sejati. Ada lebih banyak hal yang Beliau pelajari sendiri. Rumah kami adalah monumen sekaligus saksi bahwa ada begitu banyak kerja keras dalam proses pembelajaran Beliau. Tanaman-tanaman yang menyuguhkan lingkungan hijau asri adalah proses pembelajaran Beliau. Furnitur yang mempercantik dan melengkapi interior rumah adalah proses pembelajaran Beliau. Bahkan sebagian struktur penyusun bangunan rumah kami adalah proses pembelajaran Beliau.

Inilah salah satu jalan yang juga ingin saya tempuh. Tidak peduli apapun hasil akhirnya, pembelajaran adalah sebuah kisah tentang proses. Proses memahami, proses mengetahui dan proses menuju kedewasaan. Kelak saya juga ingin melihat wajah anak-anak saya sebagaimana wajah saya yang bangga menatap sosok Bapak. Sosok hidup yang menceritakan sebuah kisah tentang proses belajar yang tidak pernah berhenti kecuali maut datang menghampiri.

Bapak adalah sebuah kisah tentang etos kerja. Kisah tentang seseorang yang tidak pernah terlambat masuk kerja selama lebih dari 30 tahun masa dinas Beliau. Juga kisah tentang seseorang yang tidak pernah terpejam bahkan sekejappun di ruang kerja tanpa peduli shift apa yang sedang dijalani. Kisah Bapak adalah sebuah cermin bagi saya tentang bagaimana memaknai kerja dan menikmati pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Meskipun prestasi saya tidaklah sefantastis Bapak, namun rekam jejak Beliau adalah acuan dan penyemangat bagi saya bahwa selalu ada ruang untuk peningkatan diri. Selalu ada waktu untuk sebuah niat melakukan perubahan. Kata orang, better late than never.

Bapak adalah sebuah kisah pengabdian. Pengabdian kepada anak, pengabdian kepada keluarga, dan pengabdian kepada masyarakat. Sebuah kisah tentang dedikasi orang tua dalam mempersiapkan masa depan yang baik bagi putra-putranya. Walaupun dengan mengorbankan kesempatan untuk menikmati kesenangan hidup yang sebenarnya tampak di depan mata dan terjangkau oleh genggaman tangan. Sebuah kisah tentang dedikasi seorang suami yang menjalani kesendirian demi tugas dan tanggung jawab, jauh dari kehangatan istri dan anak-anak yang dicintai. Sebuah kisah tentang dedikasi seorang pemimpin yang membaktikan umurnya untuk menata masyarakat walaupun jauh dari publikasi dan imbal jasa.

Bapak adalah sebuah kisah tentang ketidaksempurnaan manusia. Makhluk Tuhan yang berjalan dan menguasai dunia. Ada banyak ketidaksempurnaan, walaupun semuanya tertutup oleh kebaikan dan niat tulus untuk perbaikan. Oleh karenanya, Bapak tidak henti-hentinya belajar. Kepada teman, tetangga, orang tua, bahkan kepada anak-anak yang senantiasa dididiknya.

Bapak adalah sepasang sayap yang kukuh. Melindungi dan menaungi sayap-sayap kecil nan rapuh, membawanya berkeliling menghadapi terpaan angin dan gelombang kehidupan. Tapi itu dulu. Sayap-sayap kukuh itu juga makhluk Tuhan yang tunduk pada aturan-Nya, menuruni jalan menurun menuju ke tempat tujuan. Sedangkan sayap-sayap kecil dalam dekapannya, kini berubah membesar. Menguat dan bersiap menggantikan perannya sebagai sayap-sayap kukuh yang baru. Sembari merengkuh sayap-sayap rapuh yang baru, menggandeng pula sayap-sayap Bapak yang kini telah menua.

Saya adalah bagian dari sayap-sayap kukuh yang baru. Meskipun masih hijau dalam memahami gelombang samudera, saya ingin memberi kesempatan kepada sayap-sayap Bapak untuk beristirahat sejenak. Menikmati awal senja kehidupan. Memandangi kami, anak-anaknya, dalam diam dan kebahagiaan. Menjadi navigator yang mengingatkan ketika kami oleng dan salah jalan.

Saya ingin Bapak beristirahat sejenak. Merasakan kenikmatan yang dulu Beliau tunda demi kami, anak-anaknya. Memberi perhatian lebih pada diri dan belahan jantungnya, Ibunda kami yang tidak pernah cuti mengurus anak-anaknya.

Saya ingin Bapak beristirahat sejenak. Mempersiapkan bekal demi perjalanan maha panjang dan maha berat berikutnya. Perjalanan akhir menuju titik fana. Dimana tidak ada satupun penolong melainkan budi baik dan amal ibadahnya.

Jikalau Tuhan berkehendak menjadikan saya saksi, maka demi Dzat yang Maha Perkasa saya bersaksi, bahwa makhluk lemah di hadapan-Mu ini telah menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya, menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua dengan sesungguh-sungguhnya, mendidik darah dagingnya dengan segenap kemampuannya. Oleh karenanya, saya memohon agar jangan lagi ada kesusahan dan kesedihan di alam fana sebagai rahmat dan ampunan atas ketidaksempurnaan pengabdiannya sebagai manusia yang tidak bebas dari cacat dan cela.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” Q.S. Luqman (31) : 14



No comments: