Belum pernah terlintas dalam memori kolektif umat Islam nusantara tentang sebuah masa dimana mereka menyaksikan munculnya aneka penafsiran wahyu Ilahi yang sama sekali baru. Tidak hanya baru, tetapi tidak lazim dan aneh. Bukan hanya aneh, namun menyesatkan dan menghancurkan postulat-postulat logika, nihil adab keilmuan dan miskin moralitas manusia.
Sebuah tren populer yang mendapat dukungan politis dan finansial yang luar biasa dari sindikasi manusia global, bahkan institusi negara bangsa.
Tuesday, April 19, 2011
Monday, March 07, 2011
Catatan Harian 01 Maret 2011
Maraknya pemberitaan mengenai tindak kekerasan massa terkait agama tentu saja membuat banyak pihak merasa prihatin. Ada banyak premis diformulasikan, ada banyak analisis dilakukan dan ada banyak tesis diwacanakan. Namun sayangnya, selalu saja eksklusivitas agama menjadi kambing hitam.
Walaupun ditegakkan di atas logika rapuh, fenomena kontemporer berupa kriminalisasi esklusivitas agama --dan pada gilirannya menjajakan pluralisme sebagai antitesisnya-- lekat dengan semua label kepopuleran: modern, cerdas, ilmiah, progresif ……….. dan seksi.
Walaupun ditegakkan di atas logika rapuh, fenomena kontemporer berupa kriminalisasi esklusivitas agama --dan pada gilirannya menjajakan pluralisme sebagai antitesisnya-- lekat dengan semua label kepopuleran: modern, cerdas, ilmiah, progresif ……….. dan seksi.
Thursday, February 24, 2011
Coretan Gak Mutu: Penari di Bibir Laki-Laki Setengah Baya
Ada sesosok penari terbang dari bibir laki-laki setengah baya
Tubuhnya membumbung ke atas menjemput langit,
berlenggok merentangkan tangan sayapnya,
menerbitkan kernyit dan kibasan lima ruas jari.
Lelaki itu menatap sejumput nyala di ujung jarinya.
Matanya kosong dimakan lamunan berbumbu penat.
Ada seekor naga di lubang hidungnya,
menyemburkan panas dalam setiap jeda sengal.
Ada sesosok penari terbang dari bibir coklat beraroma pekat
Dia dekap setiap anak zaman yang disentuhnya.
Membetot harmoni dalam tarikan nafas naifnya.
"Mengapa Engkau nikmati barang haram itu, Ayah?"
tanya anak kecil bermata binar.
Lamat-lamat ia membaca guratan kisah masa depan,
dengan paru-paru yang dikoyak nikotin jahanam!
Tubuhnya membumbung ke atas menjemput langit,
berlenggok merentangkan tangan sayapnya,
menerbitkan kernyit dan kibasan lima ruas jari.
Lelaki itu menatap sejumput nyala di ujung jarinya.
Matanya kosong dimakan lamunan berbumbu penat.
Ada seekor naga di lubang hidungnya,
menyemburkan panas dalam setiap jeda sengal.
Ada sesosok penari terbang dari bibir coklat beraroma pekat
Dia dekap setiap anak zaman yang disentuhnya.
Membetot harmoni dalam tarikan nafas naifnya.
"Mengapa Engkau nikmati barang haram itu, Ayah?"
tanya anak kecil bermata binar.
Lamat-lamat ia membaca guratan kisah masa depan,
dengan paru-paru yang dikoyak nikotin jahanam!
Thursday, February 17, 2011
Pak RT
Minggu malam itu saya tiba di kompleks perumahan ketika jarum jam sedikit melewati pukul sembilan malam. Dengan badan hancur luluh setelah seharian bekerja lembur di kantor, saya menyusuri jalan aspal menuju rumah. Beberapa meter menjelang tujuan akhir, seorang tetangga menyapa saya. Dengan hangat, Beliau menjabat erat tangan saya.
“Selamat ya, Ente jadi RT”
Waduh…!!
“Selamat ya, Ente jadi RT”
Waduh…!!
Subscribe to:
Posts (Atom)