Wednesday, October 20, 2010

Catatan Harian 19 Oktober 2010

Sore ini saya pulang agak terlambat. Meskipun saya sudah berjanji pada Bunda Farras untuk pulang jam 5 tenggo. Namun ada sebuah kejadian yang membuat saya menunda kepulangan saya. Sebuah kejadian yang membuat saya sedikit banyak merenung dan berpikir.


Sudah hampir 6 bulan ini saya bertugas di kantor klien saya di bilangan Simatupang, Jakarta Selatan. Di lantai tempat saya bekerja, ada seorang petugas sekuriti. Namanya Pak Asep. Dan sore hari ini ketika saya melewati meja Pak Asep untuk melangkah pulang, dia bertanya kepada saya tentang masa kuliah saya. Apakah saya juga diajari bahasa pemrograman Pascal?


Waww.... Surprise surprise....


Ternyata petugas sekuriti ini adalah seorang mahasiswa S1. Teknik Komputer pula. Ini adalah kejutan kedua dari Pak Asep. Setelah beberapa waktu yang lalu dia meminta bantuan saya untuk menjalankan sebuah software. Dan ketika saya melongok ke monitor di depannya, terpampanglah sebuah jendela biru IDE (Integrated Development Environment) Turbo Pascal versi 7.0.


FYI, IDE adalah software yang digunakan untuk menulis kode program komputer. Sedangkan IDE Turbo Pascal versi 7.0 ini adalah software 32-bit jadul yang dibuat untuk lingkungan sistem operasi DOS dan --seharusnya-- dijalankan di atas komputer yang kecepatan pemrosesannya relatif lebih lambat dari yang ada sekarang. Oleh karenanya ketika Pak Asep menjalankan software ini, komputernya terus-menerus mengeluarkan pesan “Runtime Error” yang membingungkan. Untungnya saya ingat bahwa ini adalah bug dari Turbo Pascal 7.0 jika dia berjalan di lingkungan kerja yang serbacepat. Dan setelah saya menjalankan patch yang saya unduh dari internet, problem solved.


Kembali ke kisah Pak Asep sore ini.


Demi mengetahui fakta yang menakjubkan ini, saya menjadi bertambah antusias untuk berdialog dengannya. Saya ceritakan banyak hal tentang perkuliahan saya. Tak lupa, saya juga sesekali bertanya mengenai perkuliahan yang sedang dijalani Pak Asep. Membesarkan hatinya, menyemangatinya untuk terus berusaha mengejar ilmu dan menyampaikan sebuah pesan yang jelas bahwa apa yang dilakukannya ini adalah hal yang luar biasa.


Saya selalu berpendapat bahwa mencari ilmu adalah perjalanan yang tidak berujung. A never ending journey. Tidak peduli di titik mana Anda berada dalam hidup, proses pencarian ilmu tidak akan pernah mencapai garis finish. Anda akan terus belajar dan belajar karena memang itulah hakikat kemanusiaan. Dan ketika saya pulang ke rumah hari itu, saya semakin menyukai kalimat ini.


Terus terang, saya malu bila mengingat-ingat betapa saya telah menyia-nyiakan usia saya dengan tidak serius menuntut ilmu. Dan hasil akhirnya bisa ditebak dari kompetensi dan wawasan saya yang pas-pasan ini. Namun meminjam perkataan orang Madura, “better late than never, tak iya”; tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai sebuah kebaikan.


Dan sore ini, saya pulang terlambat dengan kepala tegak dan senyum lebar. Untuk pertama kalinya...

No comments: