Wednesday, October 20, 2010

Catatan Harian 20 Oktober 2010 (Pentingnya Ilmu Sebelum Amal)

Siang ini, ada ceramah ba`da Dhuhur di masjid dekat kantor. Dan inilah ringkasannya.


...



Orang-orang kafir memandang dunia ini adalah tempat untuk mendapatkan segala macam kenikmatan dan memuaskan segala macam hawa nafsunya. Sedangkan bagi orang-orang yang beriman, tidaklah pantas baginya untuk menjadikan akalnya sebagai sandaran dan tolak ukur dalam memandang kehidupan dunia. Adalah Allah Subhanahu Wa Ta`ala yang telah berfirman dalam Q.S. al-Mulk [67] ayat 2, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.


Abu Fida’ Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan --dalam kitab tafsirnya-- bahwa Allah Subhanahu Wa Ta`ala menciptakan makhluk-makhluk-Nya untuk menguji mereka. Dia menguji makhluk-makhluk-Nya untuk melihat siapa yang terbaik amal ibadahnya di dunia.


Manusia yang memahami bahwa kehidupan dunia sebagai sebuah ujian tentunya juga paham bahwa kehidupan dunia tak ubahnya serentetan pilihan yang datang beruntun silih berganti. Dari pilihan yang satu menuju kepada pilihan yang lain. Dan Allah Subhanahu Wa Ta`ala memberikan kebebasan kepada manusia untuk menentukan pilihannya. Allah berfirman dalam Q.S. al-Kahfi [18] ayat 29, “Dan katakanlah: ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir’”.


Selalu ada dua pilihan yang tersedia, sebagaimana ditegaskan lagi oleh Allah Subhanahu Wa Ta`ala dalam Q.S. al-Balad [90] ayat 10, “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan”.


Dalam menentukan pilihannya supaya selamat dalam meniti kehidupan dunia akhirat, seseorang tentu saja harus memiliki ilmu. Ilmu yang benar akan membawa seseorang kepada keselamatan dan kebahagiaan, dan sebaliknya, ilmu yang tidak benar akan menuntun seseorang ke arah kehancuran dan kepedihan. 


Namun seperti apakah ilmu yang benar itu?


Seorang ulama berpendapat bahwa ada dua kriteria ilmu yang dianggap benar di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta`ala. Sebuah ilmu yang wajib hukumnya untuk diketahui oleh setiap Mukmin dan ketidaktahuan tentangnya akan membawa kepada kehancuran dan kecelakaan.


Pertama, yaitu ilmu tentang ma`rifatullah atau mengenali Allah Subhanahu Wa Ta`ala. Sifat-Sifat-Nya, Nama-Nama-Nya dan segala sesuatu tentang Allah Subhanahu Wa Ta`ala.


Kedua adalah ilmu tentang apa-apa yang dicintai oleh Allah Subhanahu Wa Ta`ala dan apa-apa yang dibenci-Nya.


Amatlah penting untuk mengetahui apa-apa yang dicintai oleh Allah Subhanahu Wa Ta`ala, namun jauh lebih penting untuk mengetahui apa-apa yang dibenci oleh-Nya. Jika melihat pada sejarah kehidupan Rasulullah Shalallahu `Alaihi Wasallam, kita bisa berkaca pada kisah hidup Abu Thalib, paman Nabi. Betapapun besarnya sumbangsih Abu Thalib bagi da’wah Rasulullah Shalallahu `Alaihi Wasallam dan syi’ar Islam; namun akhir hidupnya berujung pada kesengsaraan akhirat karena dia tidak menjaga diri dari hal-hal yang paling dibenci Allah Subhanahu Wa Ta`ala, yaitu kemusyrikan. Semua amal baik Abu Thalib selama hidup di dunia hilang tak berbekas di hadapan-Nya.


Rasulullah Shalallahu `Alaihi Wasallam bersabda, “Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat (syubhat / samar, tidak jelas halal-haramnya), yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan agamanya. Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah sesungguhnya tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya”.


Imam Ibnul Qayyim rahimahullah --dalam kitabnya yang berjudul “Madarijus Salikin”-- menjelaskan bahwa ada 7 langkah bertahap yang diambil iblis dan setan dalam menggoda manusia, dimana sebagian besarnya adalah dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta`ala. Jika satu langkah tidak bisa menggoyahkan iman seseorang, maka dia akan menempuh langkah berikutnya.
1. Kesyirikan.
2. Bid’ah
3. Dosa-dosa besar
4. Dosa-dosa kecil yang diremehkan
5. Hal-hal mubah yang berlebihan
6. Menyibukkan manusia pada ibadah-ibadah yang sifatnya hanya sebagai pelengkap saja, sehingga melalaikannya dari ibadah-ibadah yang utama.
7. Meniupkan bisikan-bisikan kepada orang-orang yang lain agar membenci seseorang tersebut.


...


Selesai. 


Ceramah terpaksa saya tinggal karena saya belum makan siang. Namun inti dari penggalan ceramah tersebut adalah pentingnya ilmu sebelum beramal. Dan ilmu tentang hal-hal yang diharamkan Allah Subhanahu Wa Ta`ala adalah hal yang paling penting. Karena menjauhi larangan Allah Subhanahu Wa Ta`ala adalah mutlak sifatnya, sedangkan melaksanakan perintah Allah Subhanahu Wa Ta`ala adalah sebatas kemampuan.


Allah berfirman dalam Q.S. at-Taghabun [64] ayat 16, “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu”. 


Rasulullah Shalallahu `Alaihi Wasallam juga bersabda --sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari--, “Jika aku memerintahkan kepada kalian suatu perintah maka kerjakanlah semampu kalian. Dan apa saja yang telah aku larang, maka jauhilah”.

No comments: