Thursday, April 15, 2010

Catatan Harian 14 Apr 2010

Siang ini, saya memilih berwisata kuliner di warung makan depan Masjid As-Sakinah selepas shalat Dhuhur berjamaah. Ini di luar kebiasaan saya, karena beberapa saat sebelumnya, saya harus berpetualang jauh ke Galeri Indosat di Jalan Margaguna untuk menutup nomor Starone saya. Alhamdulillah, saya mendarat kembali di parkiran motor Gedung Arkadia pas ketika adzan Dhuhur berkumandang.

Setelah memilih menu kuliner siang, saya mengambil tempat duduk di bagian luar karena bagian dalam warung makan sudah penuh. Beruntung juga saya mendapat posisi di luar karena saat itu sedang hujan deras, sehingga cuaca menjadi relatif lebih sejuk.  


Sambil menikmati hidangan sayur daun singkong bertabur mendoan dan tahu goreng, saya mengarahkan pandangan ke sekeliling saya.

Di teras rumah di depan saya, tampak seorang bapak duduk berteduh. Bapak ini seorang pengamen, dan tampaknya, dia terjebak oleh hujan lebat sehingga masih tertahan di sekitar warung makan dimana saya singgah saat ini. Bapak itu duduk termenung di pagar tembok depan rumah. Matanya menerawang jauh ke atas seolah tidak terusik oleh berisik air hujan dan kilat yang menyambar bersahutan.

Dalam hati saya bertanya, apa yang sedang dipikirkan oleh bapak itu ya. Ah, entahlah. Saya tidak berani berandai-andai. Saya hanya bisa bersyukur bahwa Allah telah menempatkan saya di posisi yang –menurut saya- relatif lebih beruntung dibandingkan bapak itu. Sebuah posisi yang –tentu saja- menuntut saya untuk lebih banyak bersyukur dan berbagi.

Sementara itu di sudut yang lain, tampak dua anak sedang asyik bermain-main di bawah guyuran air hujan. Jika mengingat masa kecil saya, sepertinya keasyikan bermain air hujan adalah fitrah anak kecil. Dimana saja, yang namanya anak kecil pasti suka bermain air hujan. Saya teringat ketika kecil dulu pernah menunggu hujan yang tidak kunjung turun sampai jauh melewati batas akhir waktu mandi sore saya. Padahal langit gelap oleh mendung tebal.

Melihat keceriaan kedua bocah itu, saya kembali diingatkan oleh keindahan dunia anak-anak. Tidak ada premis-premis awal yang membatasi gerak. Tidak ada prasangka-prasangka yang memburamkan pandangan. Lugu, polos, naif, dan tanpa beban. Saya hanya bisa berdoa semoga saya bisa menghadirkan sebuah dunia yang menjaga malaikat kecil saya tetap dalam fitrah sucinya.

Segala puji bagi Dzat Maha Bijaksana yang masih menghadirkan potret kehidupan yang bisa mengusik nalar dan sensitifitas saya.

No comments: