Monday, July 26, 2010

Catatan Harian 21 Juli 2010 (Bagian 2 / Habis)

Menjadi tua adalah menjadi semakin dewasa dan matang karena pengalaman. Menjadi orang tua adalah menjadi semakin irasional dan cengeng. Setidaknya dalam beberapa hal, menurut saya.

Berbicara mengenai irasional, di kantor klien tempat saya meronda selama beberapa bulan ini, ada satu hari dimana para karyawannya disuguhi buah-buahan. Biasanya selalu ada dua macam buah yang disuguhkan. Mereka menyebutnya Fruit Day. Namun tidak seperti rekan-rekan saya yang lain, saya memilih untuk memasukkan buah jatah saya ke dalam tas dan membawanya pulang untuk dinikmati bersama keluarga saya. Dan seringnya, saya tidak pernah kebagian. Hehe. Tidak ada yang aneh, kecuali jika mengetahui apa yang saya bawa pulang biasanya “hanya” beberapa butir anggur, dua buah jambu air atau sebuah jambu biji. Memang itulah jatah yang saya dapat, dan itu semua yang saya bawa pulang.


Jika dipikir-pikir, berapa sih harga anggur, jambu air, jambu biji, atau apapun buah yang sempat saya bawa pulang. Sekadar membeli sekilo dari toko buah dekat rumah mungkin tidak terlalu mengguncang neraca keuangan rumah tangga kami. Namun, ada perasaan aneh tiap kali saya mendapat jatah buah-buahan itu. Ada perasaan tidak tega memakannya sebelum saya membawanya pulang dan menawarkannya terlebih dahulu kepada jantung hati saya di rumah. Anak dan istri saya.


Dan perasaan semacam ini muncul juga ketika ada yang membagikan donat J-Co, burger, sebotol yoghurt atau sekaleng minuman ringan. Bahkan saya pernah membawa pulang sekerat pizza. Dalam kepala saya selalu terngiang-ngiang sebuah pertanyaan. Apakah ini konsekuensi menjadi orang tua? Menjadi semakin irasional terhadap apapun yang terkait dengan anak-anaknya. Tapi apapun itu, saya kembali teringat kata-kata Bapak saya. Ketika itu Beliau bercerita tentang tetangga kami yang memiliki anak yang sudah berkeluarga dan tinggal di lain kota. Di ujung cerita, Bapak berkata –yang kurang lebih- seperti ini: “Onoko lombok sak gegem, yo dibungkus dikekno anake”. Meskipun yang  ada hanya segenggam cabe, ya dibungkus dan diberikan ke anaknya.


Dan sepertinya, saya sekarang sedang menuju kesana...


Hal yang kedua adalah cengeng.


Suatu kali saya bermain-main dengan sulung saya, Farras. Saat itu sambil membawa kantong plastik –yang diisi dengan apapun barang yang ditemuinya-, dia berceloteh ringan. Mau berangkat sekolah, katanya. Sambil mencium tangan saya, dia berjalan menjauhi saya seolah-olah hendak berangkat mencari ilmu di sekolah. Demi melihat punggungnya yang bergerak menjauh, sontak mata saya berkaca-kaca. Tidak terasa sudah dua tahun lebih usia Farras. Sebentar lagi, dia akan sekolah. Sibuk bermain dan belajar dengan teman-temannya. Kemudian dia akan kuliah. Jika tidak di UI yang di dekat rumah (amiin...), mungkin dia akan kuliah jauh di luar kota. Tiba-tiba akan ada lelaki asing datang ke rumah, melamarnya kemudian membawanya pergi meninggalkan rumah. Duh, padahal belum lama rasanya saya bermain-main dengannya. Menggendong dan memeluknya. 


Dan anehnya, dia masih berusia dua tahun dan saya sudah membayangkan hal-hal yang terlalu jauh ke depan. Menangis pula. Haha. Atau memang pada dasarnya saya ini orang yang cengeng.


Entahlah...

No comments: